Wednesday, March 28, 2012

Kebangkitan Islam di Turki

Kebangkitan Pos-Islamisme, Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu


Judul: Kebangkitan Pos-Islamisme, Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu
Penulis: Ahmad Dzakirin
Editor: Ali Ghufron
Tebal: xxiv + 376 hlm, 21 cm
Setting: Al-Muna Sarwako
Desain Cover: Riyadh Graphic Art
Penerbit: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA



Kata Pengantar:  Yon Macmudi, Ph.D Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia  

Perkembangan Islam dan politik di Turki menjadi fenomena yang sangat menarik akhir-akhir ini. Keberhasilan kelompok Islam untuk memengaruhi proses politik nasional setelah mewujud dalam partai politik yang dominan perlu mendapatkan perhatian khusus. Bukan saja karena kehadiran para aktivis Islam yang tergabung dalam AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) ini mampu mengurai persoalan pelik hubungan Islam dan negara, tetapi lebih dari itu, proses panjang gerakan Islam mampu masuk dalam mainstream politik Turki dengan ideologi sekuler paling kuat didunia ini juga patut menjadi bahan diskusi. Dibalik kesuksesan AKP dalam meraih dukungan politik yang kuat di Turki tentu memiliki banyak faktor yang saling berkaitan.
Buku yang ditulis oleh Ahmad Dzakirin ini mencoba untuk melihat sisi-sisi kemenangan kelompok “islamis” yang terlembaga melalui AKP dan pengaruh sosok Recep Tayyib Erdogan dalam mendongkrak popularitas partai. Tentu saja disamping karena didukung oleh kemampuan institusi dalam menggerakkan resources yang dimiliki (Resources Mobilization Theory) ditambah dengan tokoh fenomenal yang memiliki reputasi baik, dinamika sosial politik Turki berpengaruh dalam mengantarkan AKP mendapatkan momentum.

Sunday, March 25, 2012

“MIUMI Himpun Potensi Ulama Muda Lintas Mazhab Ahlus Sunnah”

Fahmi Salim, MA

Kamis, 22 Maret 2012
Share |

 
 


SELASA (28/02/2012), bertempat di Hotel Grand Sahid Jakarta dideklarasikan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI). Acara peluncurannya dihadiri banyak tokoh. Di antaranya ada intelektual muda, Dr Adian Husaini, Budayawan Taufiq Ismail, Dr. Din Syamsuddin, Fadhlan Garamatan, Dr Bambang Wijayanto (KPK), Dr Yunahar Ilyas, MA (Muhammadiyah), KH. Cholil Ridwan (MUI), Dr Mahfudz
MD (MK), Dr Fuad Bawazier, Sekjen FUI, M Khatath juga Farid Ogbah.

Apa dan bagaimana kiprah MIUMI? Belum lama ini, hidayatullah.com mewawancarai Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim, MA yang juga penulis buku, “Kritik Terhadap Studi Al-Qur’an Kaum Liberal”. Inilah petikan wawancaranya.*
***
Mengapa harus ada MIUMI, Bukankah sudah banyak lembaga Islam, mengapa harus membentuk lembaga baru? 

Sejauh pengamatan saya hingga lahirnya MIUMI, belum ada lembaga atau komunitas yang memiliki keunikan seperti MIUMI. Selama ini, saya melihat ormas-ormas Islam sibuk mengurusi internal rumah tangga mereka karena mengelola banyak kader anggota dan asset lembaga pendidikan yang mereka dirikan di seluruh tanah air, belum lagi menjalankan program masing-masing lajnah atau majelis atau divisi organisasi. Ormas seperti NU dan Muhammadiyah itu strukturnya ibarat Negara dalam Negara.

Tentu ini menguras banyak energi, perhatian dan sumber daya. Potensi dan asset ormas Islam itu patut kita syukuri dan apresiasi, dan harus terus dikembangkan sebagai wujud dinamika Islam di Indonesia.

Namun karena postur dan asetnya yang sedemikian besar, dapat memperlambat geraknya dalam merespon tantangan keumatan baik ideologi, pemikiran, dsb. Tentu di atas semua itu ada MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menjadi wadah silaturahim ulama, zuama dan cendekiawan Muslim.

Hampir semua ormas Islam menempatkan wakil kader terbaiknya di dalam struktur pimpinan dan komisi-komisi MUI. Produk fatwa MUI juga telah jadi rujukan para pengambil kebijakan di negeri ini, dan setiap RUU yang akan disahkan DPR bersama Pemerintah yang terkait kehidupan dan kemaslahatan keagamaan, MUI selalu dilibatkan. Ini positif. Tapi disisi lain, fatwa MUI tidak jarang diabaikan dan diacuhkan oleh Pemerintah dan unsur masyarakat lain seperti Fatwa Rokok, Fatwa Ahmadiyah, Fatwa Natal Bersama, Fatwa Doa Bersama Lintas Agama, dan lain-lain sehingga ada kesan “Nu’minu bi ba’dhin wa Nakfuru bi ba’dhin” (kita ambil sebagiannya, dan kita tolak sebagian lainnya). Ada kelompok yang menyatakan lantang “Indonesia bukan Negara Agama” sehingga Negara harus steril dari intervensi agama dan otoritas ulama dalam menciptakan struktur sosial di Indonesia. Di sisi lain, tampak kekuatan Islam terpecah dan tak jarang tak satu suara menyikapi persoalan strategis bangsa dan umat.
Nah, di sinilah, MIUMI menghimpun potensi ulama muda lintas mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk mengisi peran-peran yang telah ataupun yang belum dimainkan oleh ormas-ormas Islam dan MUI. Selebihnya klik disini

Wednesday, March 21, 2012

PENYEJUK MATA HATI AYAH

Surat Cinta Untuk Zhavira
Setahun lalu engkau dilahirkan ke alam dunia ini
Gembira dan haru campur jadi satu kala pekik suaramu pecahkan dunia ini
Matamu yang berbinar dan tak henti menatap sekeliling buat ayah terkesima
Saat itu ayah hampir lupa mengazankan dan kenalkan Tauhid Rabb-mu dan kita semua
Tak kuasa tangis haru saat lantunkan kalimat Tauhid di telinga
Semoga Rabb jadikan kita dan keturunanmu kelak memegangnya teguh, walau kita harus makan dan menggigit akar kayu karenanya
Ku namai engkau dengan Wanita Beruntung karena Meniti Jalan Lurus, 

Itulah arti Zhavira Rusyda Sabilia
Semoga kelak Ayah, Bunda dan calon suami dan keturunanmu bangga dengan kelurusan akidah, ilmu dan budi pekertimu
Maaf, Ayah hanya akan bekali mu dengan Tauhid, Adab, Al-Qur'an, Pekerti Nabi kita, dan bukan yang lainnya
Agar engkau menjadi Wanita Beruntung itu....
 
(Peluk sayang Ayah di hari lahirmu, Kantor MIUMI Tebet -tempat Ayah berbakti untuk Islam- 20 Maret 2012)

Monday, March 19, 2012

IBRAH DARI MATA AIR PEMIKIRAN DAN JIHAD DAKWAH DR.M.NATSIR

Muhammad Natsir di Mata Prof. Dr. Kamal Hassan

Senin, 19 Maret 2012

Hidayatullah.com--Muhammad Natsir adalah cendikiawan yang berpijak di bumi tapi berpandukan kepada panduan Ilahi. Itulah salah satu pandangan tentang sifat kecendikiawanan Muhammad Natsir yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Mohammad Kamal Hassan, dosen International Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) pada acara “Special Lecture Series on Contemporary Muslim Thinkers and Scholars of Islam” dengan tema “Muhammad Natsir: His Life dan Thought” di kampus ISTAC, IIUM Kuala Lumpur Campus, Taman Duta, Kuala Lumpur, Rabu, 14 Maret 2012 lalu.

Gonjang-ganjing Putusan MK tentang Hak Perdata Anak di Luar Pernikahan

Putusan MK Melegalisasi Perzinahan

Suara Islam Online, Shodiq Ramadhan | Kamis, 15 Maret 2012 | 07:26:41 WIB | Hits: 277 | 0 Komentar
HM. Luthfie Hakim
Wakil Sekretaris Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat


Akhir-akhir ini Mahkamah Konstitusi (MK) tengah dibuat sibuk oleh salah-satu putusannya berkaitan dengan permohonan judicial review yang diajukan oleh Hj. Aisyah Mochtar alias Machica Mochtar, dan anak semata wayangnya yang baru berumur 16th M. Iqbal Ramadhan.

Machica mengajukan permohonan judicial review atas UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2) tentang pencatatan perkawinan dan pasal 43 ayat (1) tentang hubungan perdata anak di luar kawin. Inti permohonannya adalah, karena perkawinannya dengan (alm.) Moerdiono, mantan Mensesneg di jaman Orde Baru, tidak dicatatkan ke Kantor Urusan Agama (KUA) maka berakibat perkawinannya itu tidak diakui negara. Akibat lebih lanjut, anak yang dilahirkannya, Iqbal, menjadi berstatus seperti anak di luar kawin sebagaimana diatur dalam pasal 43 ayat (1) bahwa “anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”.